Pandangan Alkitab terkait Tradisi Kehidupan Rumah Tangga di Suku Arfak dalam Rumah Kaki Seribu
DOI:
https://doi.org/10.53827/lz.v8i1.5Keywords:
Arfak, Household life, Thousand Foot House, TraditionAbstract
Abstract: Arfak is one of the tribes in West Papua Province, part of Indonesia. The Arfak tribe inhabits four districts, namely Manokwari Regency, South Manokwari, Arfak Mountains, Bintuni, and Tambrau. The Arfak tribe is divided into four sub-tribes based on their language, namely the Hatam tribe, the Moulei tribe, the Sougb tribe, and the Meyakh tribe. The Arfak tribe also has a distinctive dance, namely the ground pounding dance, traditional weapons, namely arrows and machetes, traditional clothing, namely loincloths and the Arfak tribe has a traditional house called athousand foot house, this athousand foot house is used as a place to live for families and also as a place to hold traditional parties. The inside of the millipede house is divided into two main rooms; the right side is reserved for men, and the left side for women. Most of the Arfak tribe are educated and recognize good teachings about building a harmonious family. But there are still Arfak people who still carry out the tradition of building a household in a millipede house with a married couple sleeping in different beds, based on the division of space in the millipede house. The tradition of building a household in a millipede house is what encourages the author to research changing the tradition of building a household. And provide an understanding of how to build a household based on the Bible. In this research, the author used the methods of observation, interviews, documentation, and also literature on books books and other academic journals.
Abstrak: Arfak merupakan salah satu suku yang berada di Provinsi Papua Barat bagian dari Indonesia. Suku Arfak ini mendiami empat Kabupaten, yaitu Kabupaten Manokwari, Manokwari Selatan, Pegunungan Arfak, bintuni dan Tambrau. Suku arfak ini terbagi atas empat sub suku berdasarkan bahasanya, yaitu suku hatam, suku moulei, suku sougb dan suku meyakh. Suku arfak ini juga memilki seni tari khas yakni tari tumbuk tanah, senjata tradisionalnya yaitu panah dan parang, pakaian tradisionalnya, yaitu cawat dan suku arfak ini memilki rumah tradisional yang di sebut rumah kaki seribu, rumah kaki seribu ini digunakan sebagai tempat tinggal bagi keluarga dan juga sebagai tempat untuk menyelenggarakan pesta adat. Bagian dalam dari rumah kaki seribu dibagi du ruang utama, yaitu bagian kanan kanan dikhususkan bagi pria dan bagian kiri untuk wanita. Sebagaian besar suku arfak ini sudah berpendidikan dan mengenal ajaran yang baik tentang membangun keluarga yang harmonis. Namun masih ada masyarakat arfak yang masih menjalankan tradisi membagun rumah tangga di rumah kaki seribu dengan pasangan suami istri tidur beda ranjang, berdasarkan pembagian ruang di dalam rumah kaki seribu tersebut. Tradisi membangun rumah tangga dalam rumah kaki seribu inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan tujuan supaya mengubah tradisi membangun rumah tangga tersebut. Dan memberikan pemahaman bagaiman membangun rumah tangga berdasarkan Alkitab. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan juga pustka pada kitab, buku dan jurnal akademik lainnya
References
Ardhiati, Yuke. 2017. STUDIO LIVING PADA RUMAH KAKI SERIBU DI PAPUA BARAT’ (Jakarta: PT WASTU ADICITTA)
Bastian Salabai (pembicara). (2024, 4 Juni) Dosen STT-Erikson-Tritt Manokwari sekaligus tokoh agama suku Arfak. Manokwari Papua Barat.
Celline, Marissa, Soraya Siregar, Ria Wikantari, and Mohammad Mochsen Sir. 2023. Aspek Pembentuk Ruang Rumah Kaki Seribu Suku Arfak Seturut Teori Genius Loci.
Isak mandacan. (pembicara). (2024, 5 juni). tokoh adat suku Arfak distrik annggi kabupaten pegunungan Arfak. Pegunungan arfak Papua Barat
Jackson,Rex. 1969. Pernikahan dan rumah tangga. Malang: Gandum mas.
Jusuf, K.A.M. Roni. 1992. Membina keluarga bahagia. Yogyakarta: Yayasan Andi
Jeane Paath, Yuniria Zega, Ferdinan Pasaribu. 2020. Konstruksi Pernikahan Kristen Alkitabiah’, Jurnal Scripta Teologi Dan Pelayanan Kontekstual. 8.2. 181–202
Keat, J. wiles. 1986.keluarga pada mulanya hingga dalam Tuhan. semarang: seminari theologia babtis indonesia.
Lekitoo, H. Y, Djoht, D. R., Rumere, Y. & Lewakabessy. (2015). Etnografi Suku-Suku Asli di Provinsi Papua Barat. Manokwari: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua Barat, Jilid 1.
Mendrofa, Adinia.2020. Membangun Keluarga Kristen Yang Bahagia Menurut Efesus 5 : 22-33. Jurnal Teologi Dan Pendidikan, 1.1. 22–33
Salabai, Bastian. (2009). Babi Perdamaian Penginjilan Kontekstual Suku Arfak. Yogyakarta: Therasia.
Sepianus Mandaca. (pembicara). (2024, Juni 6). tokoh masyarakat yang mendiami rumah kaki seribu. Pegunugan Arfak Papua barat.
Susabda, Yakub. 2008. Konseling Pranikah. 3rd ed. Jakarta: STTRII.
Scheunemann, D. 1988. Romantika kehidupan suami-istri. malang: Gandum Mas.
Sharaievska, I., Kim, J., & Stodolska, M. (2013). Leisure and marital satisfaction in intercultural marriages. Journal of Leisure Research, 45(4), 445–465
Sharaievska, Iryna, Jungeun Kim, and Monika Stodolska. 2013. Leisure and Marital Satisfaction in Intercultural Marriages. Journal of Leisure Research. 45.4. 445–65 <https://doi.org/10.18666/jlr-2013-v45-i4-3894>
Tong, Stephen. 2015. Keluarga bahagia. Surabaya: Momentum.
Warami, Hugo, ‘Representasi Gaya Hidup Suku Arfak - Papua Barat’, July 2014, 2021
Wijanarko. Ir. Jarot. 2003. pemulihan suami istri. Jakarta : suara pemulihan
Yani Mandacan. (Pembicara). (2024, juni 7). Kepala suku sub suku hatam. Pegunungan Arfak Papua Barat.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Samuel Wonggor, Daniel Rumaikewi (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.